Kisah Naely Nur Sadiyah: Ustazah dari Yayasan As Syafi’iyyah di Magelang yang Jadi Korban Kecelakaan Purworejo
wisatamagelang.id, MAGELANG —
Remaja yang memakai sarung tersebut sedang bersedih. Ia bernama Ramdan, saudara laki-laki dari Naely Nur Sadiyah.
Rumah Ramdan yang terletak di Dusun Jetis, Desa Rambeanak, Kecamatan Mungkid, Magelang, menjadi tempat dia mencoba untuk tetap kuat saat menerima kedatangan para tamunya, walaupun sebenarnya perasaannya telah hancur.
Dia tak menyangka, saudara kandung yang sudah lama membantu dan mengabdikan diri untuk keluarga akhirnya meninggal dunia.
“Saudara kandung tersebut dengan senang hati mengorbankan diri untuk keluarga dan bagi saudaranya yang lain. (Betul), kami merasakan kerinduan yang mendalam,” ungkapnya.
Naely Nur Sadiyah merupakan salah satu dari para pengajar Yayasan As-Syafi’iyah yang terkena musibah dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di Kalijambe, Purworejo.
Naely dikuburkan pada Rabu (7/5/2025) malam.
Tetapi kesedihan tetap memayungi tempat tinggalnya.
Tenda duka masih terpasang.
Sahabat, tetangga serta kawan-kawan si sulung dari ketiganya yang masih saudara datang berkumpul untuk menyampaikan ungkapan duka.
Ramadan menyatakan bahwa percakapannya yang terakhir dengan saudara kandungnya adalah pada hari Selasa malam, satu hari sebelum kejadian menangis tersebut terjadi.
Dia tak mengira, percakapan pada Selasa malam tersebut ternyata adalah kali terakhir mereka berkomunikasi.
Karena pada hari Rabu pagi, ia menerima berita mengejutkan bahwa saudara kandungnya tewas dalam sebuah kecelakaan.
“Waktu subuh pada hari Rabu, saya tidak bertemu dengannya lagi karena kakak telah pergi lebih dahulu (ke Yayasan) di waktu pagi itu sendiri. Kakak bersalaman dengan bapak sebelum menuju Purworejo untuk memberikan doa dan dukungan,” jelasnya.
Anak sulung dari tiga bersaudara itu kini pamit untuk selamanya.
Naely dikenal anak yang aktif di mata keluarga.
Meskipun tidak banyak bicara tetapi perhatian sama keluarga, begitu juga di kegiatan kampung, Naely banyak terlibat.
Pakde Naely, Kamijan mengungkapkan, keponakannya itu pandai mengaji.
Dia adalah alumni dari Pondok Pesantren Mambaul Hikmah di Muntilan.
Setelah enam tahun meninggalkan pondok pesantren, Naely fokus pada pengajaran di Yayasan As Syafi’iyah dan juga memberikan kursus privat di rumah murid atau melakukan kunjungan ke rumah siswa.
“Ini anak luar biasa. Pagi berangkat mengajar di yayasan, kemudian kembali sore hari untuk memberikan bimbingan belajar. Yang membuat kami sangat bangga adalah bahwa anak kami sungguh-sungguh menikmati pengalaman tersebut di pondok dan terlihat lebih dewasa,” ujarnya.
Naely pun dinyatakan sebagai pelajar di Universitas Terbuka. Dia mengejar program studi PGSD yang cocok dengan pekerjaannya saat ini.
Kamijan tak mengira bahwa keponakannya meninggal karena menjadi korban suatu kecelakaan. Bagi dirinya, Naely adalah seorang anak yang berbakti dan luar biasa.
“Buah hatinya sudah terbiasa mengajarkan bersama-sama dengan anak-anak lain. Dia sangat aktif di desanya, memiliki kehidupan sosial yang baik di kampus, dan juga menjadi guru sekolah dasar yang hebat,” katanya.
Naely dikuburkan pada Rabu (7/5) malam di TPU kampung setempat.
Walaupun sudah dipenuhi dengan nuansa kesedihan di rumahnya, atmosfer tetap terasa berbeda.
Sejumlah pelayat masih berdatangan. Mereka berduka atas kepergian ustazah yang dikenal perhatian dan rela berkorban itu.(*)