Pemasangan Lift di Candi Borobudur: Arkeolog Tanggapi dengan Kekhawatiran
wisatamagelang.id, MAGELANG –
Ketakutan muncul di antara para ahli arkeologi sehubungan dengan instalasi lift di zona anak tangga Candi Borobudur.
Tindakan itu diprediksi bisa membahayakan posisi Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia UNESCO.
Arkeolog sekaligus epigraf lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Goenawan Agoeng Sambodo sempat mengungkapkan keresahannya melalui unggahan di media sosial Facebook.
Dia mengunggah gambar dan klip yang menunjukkan ada beberapa plat baja dan papan kayu yang sudah terpasang di zona pura tersebut.
Goenawan menyebut bahwa foto dan video tersebut ia terima dari pihak lain.
Instalasi bahan tersebut diduga merupakan sebagian darirencana konstruksi elevator di area pura.
Dia menyebutkan bahwa postingan itu dimaksudkan untuk memperingatkan masyarakat tentang kepentingan melindungi asas pelestarian warisan budaya.
Selanjutnya, dia menyebutkan tentang pendukung dan penentang mengenai ide untuk melapisi candi Candi Borobudur dengan catra tahun 2024 tersebut.
Rencana untuk menginstal kartu tersebut pun urung dilaksanakan.
Sayangnya, respon yang mirip tidak muncul saat ide instalasi elevator di Candi Borobudur menjadi perbincangan umum.
“Mengapa saya posting seperti itu karena baru-baru ini terjadi perdebatan mengenai pemasangan catraline. Ada berbagai pandangan, mulai dari pendukung hingga penentang. Di antara para penentang adalah beberapa anggota Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia yang menyuarakan keprihatinan mereka dengan keras. Namun, kenapa informasi tersebut masih menjadi topik hangat dan video pemasangannya sudah tersedia tetapi tidak dipublikasikan?” ungkapnya saat diwawancarai pada hari Senin, 26 Mei 2025.
•
Virus Escalator Terpasang di Candi Borobudur, Ini Reaksi Para Pengelolanya
Menurut dia, pemeliharaan warisan budaya seharusnya merujuk pada peraturan yang ada serta mempertimbangkan saran dari badan otoritas seperti UNESCO.
Lagipula, Candi Borobudur berstatus sebagai situs warisan dunia.
“Sesuai dengan peraturan sebenarnya, hal ini tentu telah memiliki ketentuan. Sudah ada juga rekomendasinya yang pada akhirnya bisa mengakibatkan pencopotan status cagar budaya. Seperti dulu terkait pengecatan pagar tersebut,” jelasnya lebih lanjut.
Goenawan merasa kaget karena sedikit sekali respon yang datang dari para profesional dan organisasi terkait tentang dugaan instalasi eskalator itu.
Dia mengungkapkan bahwa dia menulis postingan tersebut sebagai peneliti mandiri dan tidak mewakili institusi tertentu.
“Dalam program tersebut seolah-olah tak terdapat adanya tindakan apapun, baik penolakan, persetujuan, ataupun hal lainnya,” jelas Gunawan, yang turut menjadi bagian dari Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia.
Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbih menyatakan bahwa Presiden Prabowo akan menghadiri pertemuan dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron di kompleks Candi Borobudur.
Agar dapat mencapai puncak candi itu, pihak berwenang mendirikan sebuah sistem lift anak tangga.
Hasan mengatakan bahwa karena waktu kedatangan Prabowo dan Macron sangat singkat, perlu adanya fasilitas yang memungkinkan mereka berdua untuk dengan mudah mendaki ke Candi Borobudur.
“Maka menjadi Presiden Prancis pastinya memiliki waktu yang terbatas saat melakukan kunjungan kenegaraan. Tidak seperti kita ketika berlibur ke Borobudur, bisa seharian penuh di sana,” ungkap Hasan di kantor pusatnya, Jakarta Pusat, pada hari Senin (26/5/2025), sebagaimana dilaporkan oleh Kompas.com.
“Durasi waktu sempit dan periode terbatas, oleh karena itu dipersiapkan pula sarana khusus guna mempermudah prosesnya supaya dapat melewati tiap tahapan yang ada di Candi Borobudur,” paparnya.